Site icon aviNews, la revista global de avicultura

Kemajuan dalam strategi vaksin Salmonella unggas: Menyeimbangkan keamanan dan imunogenisitas

Escrito por: Santiago Uribe-Diaz
PDF
vaccine

Konten ini tersedia dalam: English Melayu (Malay) Tiếng Việt (Vietnamese) Philipino

Penyakit tifus unggas dan penyakit pullorum pada ayam disebabkan oleh biovar Gallinarum dan Pullorum, yaitu Salmonella serovar Gallinarum (SG) yang beradaptasi dengan inangnya, yang mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi dan kerugian produktivitas yang besar.

Gambar 1. Lesi makroskopis yang ditemukan pada kasus klinis Salmonella Gallinarum pada ayam.

Gambar 2. Lesi makroskopis ginjal, hati dan limpa yang ditemukan pada kasus klinis Salmonella Gallinarum pada ayam pedaging.

Sebaliknya, Salmonella yang tidak beradaptasi, termasuk serovar Enteritidis (SE) dan Typhimurium (ST) merupakan serovar yang paling umum menyebabkan wabah salmonellosis pada manusia.

Upaya di seluruh dunia untuk mengendalikan Salmonella yang beradaptasi dan tidak beradaptasi dengan inang di seluruh rantai produksi unggas semakin intensif.

Tabel 1. Alternatif di peternakan untuk mengendalikan infeksi Salmonella spp. pada unggas.

VAKSIN SALMONELLA

Pemberian vaksin Salmonella pada unggas dimaksudkan untuk mengurangi jumlah Salmonella pada unggas dan lingkungan, sehingga mencegah penyakit, memutus siklus penularan dalam dan antar flok, mendukung hasil keuangan berkelanjutan dalam produksi unggas, dan meningkatkan keamanan pangan.

VAKSIN SALMONELLA HIDUP YANG DILEMAHKAN DAN DINONAKTIFKAN (DIMATIKAN)

Pada awal tahun 1800-an, ditunjukkan bahwa penularan bakteri yang berulang dapat mengurangi potensi penyebab penyakitnya melalui mutasi kumulatif, yang sebagian di antaranya menurunkan ekspresi gen yang terlibat dalam virulensi bakteri.

Setelah penemuan ini, berbagai pendekatan telah digunakan untuk menciptakan galur Salmonella yang dilemahkan secara langsung. Dengan melakukan mutasi gen pada galur induk liar yang terkait dengan kelangsungan hidup inang, metabolisme, dan faktor virulensi, galur ini telah dibuat sebagai kandidat untuk vaksin yang dilemahkan secara langsung.

Di sisi lain, penelitian awal vaksin Salmonella yang dinonaktifkan dilakukan oleh Dr. Smith pada pertengahan tahun 50-an.

Sejak saat itu, proses inaktivasi sel mikroba telah dilakukan menggunakan formaldehida, glutaraldehida, aseton, dan bahan kimia lain seperti β-Propiolactone, serta metode fisik seperti panas.

Mengenai konstruksi strain vaksin bakteri yang dilemahkan secara hidup, teknik biologi molekuler yang baru memungkinkan peneliti untuk lebih memahami faktor virulensi yang terlibat dalam infeksi Salmonella pada tingkat gen dan untuk secara selektif menonaktifkan, menghapus, dan mentransposisi gen virulensi.

Kemudian, memungkinkan perancangan dan konstruksi galur Salmonella yang dilemahkan secara genetika yang dimodifikasi secara langsung dan tanpa bekas luka yang sesuai untuk pengembangan vaksin karena antigenisitas, imunogenisitas, dan keamanannya. Selain itu, konstruksi galur Salmonella yang dilemahkan secara langsung dapat berfungsi sebagai platform untuk mengekspresikan epitop protein imunogenik untuk perancangan vaksin subunit rekombinan heterolog.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, vaksin Salmonella, baik yang dilemahkan secara langsung maupun yang dinonaktifkan, harus memastikan aktivasi yang benar dari kedua lengan bawaan dan adaptif dari sistem kekebalan ayam untuk menghasilkan kekebalan yang protektif dan tahan lama.

Berbeda dengan galur vaksin hidup yang dilemahkan, galur vaksin Salmonella yang dinonaktifkan tidak memiliki kapasitas untuk menyebabkan infeksi yang memicu respons imun yang kuat.

Oleh karena itu, vaksin yang dinonaktifkan harus diberikan secara parenteral dan dikombinasikan dengan adjuvan yang terbukti efektif untuk memicu dan mempertahankan aktivasi sistem imun bawaan dan adaptif yang cukup kuat.

Karena peran adjuvan dalam vaksin yang dinonaktifkan sangat penting untuk mencapai tujuan vaksinasi, hal ini tetap menjadi bidang penelitian yang aktif.

RINGKASAN DAN KESIMPULAN

Kemajuan terkini dalam biologi molekuler dan imunologi mengubah pengembangan vaksin untuk pengendalian Salmonella. Teknologi ini memungkinkan perancangan galur Salmonella yang dilemahkan dan stabil secara genetik, yang sangat imunogenik dan dengan risiko minimal pembalikan virulensi, sehingga menghadirkan pendekatan yang menjanjikan untuk konstruksi vaksin hidup yang dilemahkan dan lebih aman.

Pada saat yang sama, inovasi dalam adjuvan dan sistem penghantaran—seperti nanopartikel dan aptamer DNA CD40 agonistik—dapat meningkatkan kemanjuran vaksin yang dinonaktifkan. Kemajuan ini dapat meningkatkan kekebalan mukosa dan respons seluler, sehingga membuat vaksin yang dinonaktifkan lebih efektif dalam mencegah kolonisasi dan penyebaran Salmonella.

Dalam mengembangkan vaksin yang lebih efisien dan program vaksinasi yang efektif, memahami respons imun yang dipicu oleh vaksin Salmonella sangatlah penting.

Bersama-sama, pendekatan baru ini membawa industri unggas lebih dekat ke pengembangan vaksin Salmonella generasi berikutnya dan program vaksinasi yang disesuaikan yang meningkatkan keamanan dan imunogenisitas.

Penelitian dan pengoptimalan berkelanjutan di bidang ini dapat menghasilkan strategi yang tidak hanya melindungi kesehatan dan produktivitas unggas tetapi juga mengurangi risiko penularan Salmonella ke manusia, yang mendukung inisiatif kesehatan masyarakat dan keamanan pangan secara global.

PDF
Exit mobile version