Site icon aviNews, la revista global de avicultura

Resistensi antimikroba dalam rantai pangan unggas dan strategi baru untuk pengendalian bakteri

PDF
Antimicrobial

Konten ini tersedia dalam: English

Sebagian besar ternak unggas dipelihara dalam kondisi intensif, yang meningkatkan kebutuhan akan pengendalian mikroba. Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan berkelanjutan berbagai produk antimikroba untuk mencegah dan mengobati patogen telah meningkatkan risiko resistensi antimikroba (AMR) dalam rantai produksi unggas.

Ada dua jalur utama yang terkait dengan evolusi dan perkembangan AMR.

[1] Yang pertama berkaitan dengan resistensi yang dimediasi oleh fenotipe yang sudah ada sebelumnya dalam populasi bakteri alami.

[2] Skenario kedua mengacu pada resistensi yang diperoleh melalui mekanisme transfer gen horizontal yang dapat terjadi antara spesies bakteri yang sama atau berbeda.

AMR dapat menyebabkan kegagalan pengobatan pada kawanan unggas, yang mengakibatkan kerugian ekonomi bagi para produsen. Namun, kekhawatiran utama adalah bahwa unggas dapat menjadi sumber bakteri resisten dan gen, serta bakteri zoonotik dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia.

AMR merupakan ancaman global

AMR merupakan salah satu ancaman global teratas bagi kesehatan masyarakat dan pembangunan. Sumber utama perkembangan resistensi antimikroba (AMR) adalah produk terapeutik, terutama antibiotik, yang digunakan pada manusia di rumah sakit, dan kontaminasi air.

Namun, penggunaan antibiotik untuk pencegahan dan pengobatan penyakit hewan telah terbukti berkontribusi terhadap meningkatnya masalah resistensi antibiotik (AMR).

Global Burden of Disease memperkirakan bahwa 191 juta (156–226 juta) kematian dapat disebabkan oleh AMR, dan 822 juta (685–965 juta) kematian yang terkait dengan AMR dapat terjadi secara global hingga tahun 2050.

Selain kematian dan kecacatan, AMR memiliki biaya ekonomi yang signifikan bagi masyarakat. Bank Dunia memperkirakan bahwa AMR dapat mengakibatkan biaya perawatan kesehatan tambahan sebesar US$1 triliun pada tahun 2050 dan kerugian tahunan produk domestik bruto (PDB) sebesar US$1 triliun hingga US$3,4 triliun pada tahun 2030.

AMR pada patogen unggas

Peningkatan deteksi isolat AMR telah dilaporkan pada patogen unggas umum seperti Escherichia coli (APEC), Salmonella Pullorum/Gallinarum, Pasteurella multocida, Avibacterium paragallinarum, Gallibacterium anatis, Ornithobacterium rhinotracheale (ORT), Bordetella avium, Clostridium perfringens, Mycoplasma spp., Erysipelothrix rhusiopathiae, dan Riemerella anatipestifer.

Faktor kritis dalam sistem produksi unggas yang menggunakan antibiotik adalah kontaminasi lingkungan ketika sisa obat dibuang ke lingkungan sekitar, mencemari tanah dan sumber air. Perbaikan dalam pengolahan limbah dan pembuangan limbah dapat membantu meminimalkan ancaman ini.

Produksi bebas antibiotik dan AMR

Untuk mengatasi AMR, produsen unggas di seluruh dunia telah membatasi penggunaan antimikroba dalam tiga dekade terakhir sambil mengadopsi praktik produksi bebas antibiotik (ABF) dan organik untuk memenuhi permintaan konsumen.

Namun, AMR terus muncul dan menyebar melampaui semua batas.

Namun demikian, bagaimana ABF, praktik produksi unggas organik, dan alternatif antibiotik pemacu pertumbuhan memengaruhi profil AMR dalam mikrobioma usus unggas masih kurang dipahami.

Strategi baru pengendalian bakteri

Selain berbagai aditif pakan umum yang tersedia saat ini untuk memodulasi sebagian mikroflora unggas, dua kategori baru muncul sebagai kandidat potensial untuk membantu mengendalikan bakteri AMR: peptida antimikroba dan bakteriofag. Namun, biaya produksi yang tinggi dan kerentanan terhadap degradasi enzimatik dan pH masih membatasi penerapannya secara luas.

PEPTIDA ANTIMIKROBA (AMP)

BAKTERIOFAG

Bakteriofag adalah virus yang bereplikasi dengan menggunakan bakteri tertentu. Bergantung pada interaksinya dengan bakteri dan siklus hidupnya, fag dapat dibagi menjadi litik (atau virulen) dan lisogenik.

Resistensi antimikroba merupakan masalah yang perlu diperhatikan secara seksama, dan strategi pengendalian harus diterapkan karena hal ini mempengaruhi keberlanjutan dan profitabilitas sistem produksi unggas.

PDF
PDF
Exit mobile version