Clariant, produsen bahan-bahan kimia spesial, pada 23 Oktober 2024 meresmikan fasilitas produksi baru untuk imbuhan pakan yang berlokasi di Cileungsi, Jawa Barat.
Fasilitas ini ditujukan untuk mendukung perkembangan industri peternakan di kawasan Asia Pasifik, merespon pertumbuhan permintaan di kawasan, dan menyediakan pengiriman yang lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik untuk pelanggan di kawasan.
Produk-produk toxin binder milik perusahaan, yang sebelumnya diproduksi di Jerman, sejak Oktober 2024, diproduksi di fasilitas baru tersebut dengan menggunakan clay (tanah liat) lokal.
“Strategi lokalisasi ini sejalan dengan komitmen kami untuk mengatasi tantangan-tantangan utama di industri dan mendukung pertanian yang berkelanjutan. Kebaikan untuk manusia dan bumi adalah slogan besar kami,” kata Gert Herrel, Country Head dari Clariant Indonesia.
Pandu Wibowo, Head of Sales untuk Asia Pasifik dari Clariant Purification Solutions, mengekspresikan kebahagiaannya untuk peresmian fasilitas baru tersebut. “Fasilitas produksi yang modern ini adalah game changer karena memungkinkan kami untuk menghadirkan solusi-solusi inovatif dan bernilai untuk industri peternakan dan para pelaku usaha di pasar Asia Pasifik,” kata Pandu.
Dari kiri, Gert Herrel, Erika Kusuma Wardani, dan Pandu Wibowo.
Mewakili Kementerian Pertanian untuk hadir di acara peresmian tersebut, Imron Suandy, Direktur Kesehatan Hewan, mengapresiasi keputusan Clariant untuk mendirikan fasilitas produksi imbuhan pakan di Indonesia. Katanya, keputusan ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai investasi di Indonesia dan meningkatkan ekspor.
“Karena itu, kami berharap Clariant akan terus berkontribusi untuk upaya pemerintah ini dan kami pun akan mendukung dan memfasilitasi,” ungkap Imron.
Pelepasan satu kontainer imbuhan pakan yang akan diekspor ke Vietnam saat acara peresmian tersebut.
Imbuhan pakan berkualitas tinggi
Erika Kusuma Wardani, Regional Manager untuk Feed Business di Asia Pasifik dari Clariant, menjamin imbuhan pakan yang diproduksi dari fasilitas baru tersebut adalah berkualitas tinggi karena fasilitas tersebut tidak hanya berteknologi maju, tapi juga menerapkan standar-standar produksi yang sangat baik.
“Kami menggunakan teknologi dari Jerman, sementara proses produksi sudah sesuai dengan standar GMP (Good Manufacturing Practices),” kata Erika. “Sebagai bukti dari kualitas yang kami miliki, fasilitas ini telah tersertifikasi dengan CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik) dari Kementerian Pertanian.”
Untuk memperoleh kepercayaan yang lebih tinggi dari pelanggan yang sudah ada dan calon pelanggan, Erika mengungkapkan saat ini perusahaan sedang dalam proses untuk memperoleh sertifikat FAMI-QS (sistem manajemen global keamanan dan kualitas global untuk bahan baku pakan spesial) dan diharapkan untuk bisa diperoleh di awal 2025.
Selain memproduksi Toxisorb Classic, Toxisorb Premium, Terrana 312, Terrana 313, dan Terrana 317, Clariant juga menawarkan clay sebagai bahan baku untuk toxin binder, ammonia binder, vibrio binder untuk akuakultur, tepung pengering untuk anak babi, dan solusi masalah wet dropping pada unggas.
Semua imbuhan pakan ini tersedia secara langsung untuk para peternak dan pabrik pakan dan melalui distributor-distributor Clariant yang tersebar di Asia Pasifik.
Meningkatkan kesehatan ternak dan keamanan pangan
Mikotoksin merupakan tantangan yang siginifikan untuk industri peternakan di kawasan, yang dapat menurunkan performa ternak dan mengakibatkan kerugian ekonomi bagi peternak.
Dengan secara efektif mengikat mikotoksin polar dan non-polar dan memitigasi efek-efek negatif dari mikotoksin tersebut, produk Toxisorb dan Terrana dari Clariant membantu secara keseluruhan meningkatkan kesehatan dan performa ternak dan keuntungan peternak.
Inisiatif ini merupakan respon terhadap berbagai tantangan di sektor peternakan, yang sejalan dengan tujuan pengembangan berkelanjutan dari PBB untuk tidak ada kelaparan, serta kesehatan dan kesejahteraan yang baik. Dengan meningkatkan kesehatan ternak dan keamanan pangan, Clariant berkontribusi untuk meningkatkan ketersediaan sumber protein yang terjangkau, seperti daging ayam dan telur, khususnya di negara-negara berkembang.
Mycotoxin binder yang efektif
Menggunakan clay dalam pakan unggas dapat mengatasi efek-efek negatif dari kontaminasi multi-mikotoksin dan mengurangi residu toksin dalam produk hasil ternak, menurut hasil studi dari Ika Sumantri, pakar dari Kelompok Penelitian Mikotoksin di Universitas Gadjah Mada, dan rekan-rekan penelitiannya.
Pada pengujian in-vivo, Dr Ika menilai berbagai toxin binder berbasis clay dalam pakan unggas yang diekspos ke multi-mikotoksin (AFB1, OTA, dan T2).
Pada ayam petelur, ia mengamati produksi telur, hematologi, histomorfologi dari hati dan usus, residu mikotoksin dalam telur, patologi organ-organ dalam, dan kualitas telur. Sementara pada ayam pedaging, variabel yang diamati mencakup berat badan, efisiensi pakan, hematologi, histomorfologi dari hati dan usus, residu mikotoksin dalam daging, dan patologi organ-organ dalam.
Dr Ika menemukan bahwa Clariant’s Toxisorb Premium (kerolite-saponite) dan Clariant’s Terrana 113 (Ca bentonite) menghasilkan efisiensi pakan yang lebih baik pada ayam petelur dan ayam pedaging, secara berturut-turut. Kedua mycotoxin binder ini menunjukkan kemampuan untuk mengurangi atrophia saluran pencernaan (usus halus).
Tidak semua clay itu sama
Erika menekankan bahwa tidak semua clay itu sama. Di mana mereka ditambang, cara mereka ditambang, dan bagaimana proses produksinya menentukan kualitas dari mycotoxin binder berbasis clay.
Tidak semua clay itu sama.
Dia menyebutkan lima parameter untuk menentukan kualitasnya:
- Area permukaan yang spesifik – area permukaan yang luas berarti aktivitas mengikatnya lebih kuat.
- Volume microphore – lebih besar, lebih baik.
- Diameter pori rata-rata – lebih kecil, lebih baik (densitas yang lebih tinggi).
- Kapasitas pertukaran kation – lebih tinggi kapasitasnya, lebih tinggi kemungkinannya untuk mengikat nutrisi.
- Efisiensi dari mengikatnya (pengurangan dari persentase adsorpsi dan persentase desorpsi) – lebih tinggi, lebih baik.
“Tidak semua mikotoksin itu sama. Jadi, mereka membutuhkan toxin binder yang spesifik untuk mengikatnya,” kata Erika.
Sebagai contoh, Toxisorb Classic berinteraksi dengan grup polar dalam molekul mikotoksin, sehingga binder-nya bekerja dengan AFB1 yang berukuran kecil dan hidrofilik, dan ergotamin. Sementara Toxisorb Premium berinteraksi dengan grup polar dan non-polar dalam molekul mikotoksin, sehingga toksin-toksin berukuran besar dengan grup hidrofobik seperti Fumonisin dapat degan mudah menempel ke binder-nya. Selain itu, Toxisorb Premium juga mengikat endotoxins.
“Tak kalah penting adalah produk-produk Toxisorb tidak menyerap vitamin, mineral dan nutrisi penting lainnya. Sehingga produk-produk ini akan membuat para nutrisionis aman dan tenang,” Erika menekankan.
Keuntungan tambahan dari memilih produk-produk Clariant adalah layanan laboratorium. “Di Indonesia, kami memiliki laboratorium yang didedikasikan khusus untuk melakukan berbagai pengujian,” tambah Erika.
Berbagai solusi yang disesuaikan
Memiliki lokasi-lokasi penambangan clay dan fasilitas-fasilitas produksi sendiri di berbagai negara, Clariant tidak hanya menawarkan berbagai mycotoxin binder berbasis clay tapi juga solusi-solusi yang disesuaikan untuk berbagai masalah di unggas.
Salah satu lokasi penambangan clay milik Clariant.
Erika mengatakan wet droppings dan litter ammonia adalah dua masalah yang dapat diatasi dengan menggunakan clay.
“Untuk wet droppings, kita membutuhkan clay dengan kapasitas menyerap air yang tinggi. Untuk menemukan tipe clay seperti ini, kami akan menanyakan ke ahli geologi kami. Setelah dipilih, kami akan uji kapasitasnya, kemudian mengembangkannya menjadi sebuah produk komersial,” terangnya.
“Sama halnya dengan menyeleksi, menguji, dan mengembangkan produk berbasis clay yang dapat menyerap ammonia dari litter. Untuk masalah ini, kita membutuhkan clay yang dapat menyerap gas.”
Erika menambahkan bahwa dengan menawarkan solusi-solusi yang disesuaikan ini, Clariant ingin membantu para peternak mengatasi masalah-masalah yang spesifik di peternakan mereka.