Japfa Comfeed Indonesia menyatakan mendukung pemerintah Indonesia dalam pengembangan sistem pangan yang tangguh, berkelanjutan, dan inklusif.
Direktur Utama, Renaldo Santosa menjelaskan bahwa Japfa telah lama memainkan peran kunci dalam memenuhi kebutuhan protein hewani di Indonesia dan kawasan Asia.
Renaldo Santosa
“Kami percaya bahwa ketahanan pangan berarti membangun ekosistem nasional yang tangguh yang menjamin akses terhadap makanan yang aman, terjangkau, dan bergizi bagi setiap warga negara Indonesia. Ini adalah momen yang krusial bagi kita untuk berkolaborasi dan mewujudkan visi ini,” kata Renaldo.
Ia menambahkan, dengan menetapkan kebijakan yang jelas, meningkatkan kualitas dan keamanan pangan, serta memprioritaskan kesehatan dan gizi generasi muda, “kita dapat membantu mewujudkan visi Indonesia dalam ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan pertumbuhan ekonomi.”
Pentingnya kolaborasi
Sementara itu, Gabriella Santosa, Head of Business Development, menekankan pentingnya kolaborasi antara para pemangku kepentingan untuk mengatasi malnutrisi.
Menurutnya, memprioritaskan gizi anak merupakan tanggung jawab dasar sekaligus investasi ekonomi yang cerdas. Setiap rupiah yang diinvestasikan pada makanan bergizi dapat menghasilkan manfaat yang signifikan, menjadikannya prioritas utama bagi sektor publik dan swasta.
“Ini adalah momen yang sangat penting bagi kita semua, dan kami mengapresiasi komitmen pemerintah untuk menangani kompleksitas program ini,” kata Gabriella.
Studi kecukupan gizi
Japfa belum lama ini bekerja sama dengan Pusat Kajian Kesehatan dan Gizi Universitas Indonesia untuk menilai kecukupan gizi anak-anak di seluruh Indonesia. Lebih dari 1.000 anak menerima makanan bergizi melalui tiga model, yakni ready-to-cook, ready-to-eat, dan swakelola.
“Studi yang kami lakukan ini menganalisis proses produksi, pemenuhan gizi, efektivitas distribusi, dan biaya. Kami berharap inisiatif ini dapat memberikan wawasan untuk upaya pengurangan stunting di masa depan, dan Japfa akan terus berkomitmen untuk mendukung inisiatif semacam ini serta kolaborasi lebih lanjut dengan berbagai pihak,” tutur Gabriella.
Dia menyatakan Japfa berkomitmen terhadap keselamatan dan kualitas di seluruh rantai produksinya. Dengan mengintegrasikan produksi pakan, pembibitan, peternakan, dan pengolahan, Japfa memastikan pelacakan dan kontrol penuh di setiap tahap produksi.
“Perusahaan kami mematuhi standar sertifikasi yang ketat, termasuk NKV, ISO 22000, dan HACCP, memastikan bahwa protein hewani yang dihasilkan tidak hanya bergizi tetapi juga aman untuk dikonsumsi,” kata Gabriella.
Dukung program makan bergizi gratis
Terkait program pemerintah ‘Makan Bergizi Gratis’, Gabriella mengatakan sejauh ini Japfa masih dalam proses memahami program tersebut yang saat ini sedang dirancang pemerintah. Apabila telah jelas, Japfa kemudian akan langsung menyelaraskan dengan kemungkinan peluang kerja sama atau keterlibatan dalam program tersebut.
“Kami sudah konsisten sampaikan bahwa kami mendukung dan kami menunggu detil-detilnya. Kami melihat posisi kami untuk koordinator kemitraan dari sisi produksi,” tuturnya.
Japfa, menurutnya, juga bisa memastikan keamanan dari bahan baku pangan yang digunakan dalam program tersebut. “Kami juga bisa mendesain agar rantai pasok tidak terlalu panjang, kami buat efisien,” ujar Gabriella.
Renaldo Santosa (kiri) dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy
Mulai di Januari 2025
Program ‘Makan Bergizi Gratis’ yang menjadi andalan Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan mulai berlangsung pada 2 Januari 2025.
Program itu direncanakan menyasar ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, dan seluruh anak sekolah dari mulai dari PAUD hingga SMA negeri maupun swasta. Sasaran lokasinya juga akan mencapai seluruh Indonesia, dengan suplai bahan dipasok secara lokal.
Pemerintah menargetkan penerima program makan bergizi gratis dapat mencakup 82,9 juta jiwa pada 2027 mendatang. Pada Januari 2025, pemerintah akan mulai menjalankan program secara masif, mulai dari 923 titik. Kemudian, cakupan program berkembang menjadi 2.000 titik pada April 2025 dan menjadi 5.000 titik pada Juli-Agustus 2025.