Malindo Feedmill, perusahaan unggas terintegrasi, membukukan kinerja positif dalam periode sembilan bulan pertama tahun ini.
- Laba melesat 683% menjadi Rp 358,97 miliar, sementara penjualan bersih mencapai Rp 9,44 triliun, melonjak 5,29% dari periode yang sama tahun lalu.
- Beban pokok penjualan mencapai Rp 8,24 triliun, turun dari periode yang sama tahun lalu Rp 8,22 triliun. Alhasil, laba bruto tercatat Rp 1,19 triliun, naik 60,67%.
Penyesuaian nilai wajar akhir aset biologis tercatat Rp 65,98 miliar, melonjak dari Rp 32,28 miliar.
Beban penjualan mencapai Rp 211,21 miliar, bengkak dari Rp 205,52 miliar. Beban umum dan administrasi tercatat Rp 361,82 miliar, melonjak dari Rp 248,59 miliar.
- Penghasilan keuangan mencapai Rp 303 juta, turun dari posisi yang sama tahun lalu Rp 333 juta. Biaya keuangan Rp 106,05 miliar, turun dari Rp 140,17 miliar. Beban usaha lain-lain tercatat Rp 6,84 miliar, melorot dari Rp 16,09 miliar.
Laba sebelum pajak penghasilan tercatat Rp 447,31 miliar, dari sebelumnya Rp 103,24 miliar. Beban pajak penghasilan mencapai Rp 88,37 miliar, turun dari Rp 57,61 miliar. Adapun laba periode berjalan melonjak dari Rp 45,63 miliar menjadi Rp 358,93 miliar.
- Penjualan dari segmen pakan tercatat Rp 5,7 triliun, ayam pedaging Rp 1,54 triliun, DOC dan DOD Rp 1,67 triliun, makanan olahan Rp 93 miliar dan lain-lain Rp 372,11 miliar.
Malindo memiliki jumlah aset Rp 5,4 triliun per 30 September 2024, turun dari akhir tahun 2023 sebesar Rp 5,51 triliun.
Strategi yang berhasil
Kinerja yang positif ini mencerminkan keberhasilan strategi Malindo dalam menghadapi fluktuasi harga bahan baku pakan ternak. Diketahui bahwa harga pakan ternak mengalami gejolak signifikan sejak awal 2024.
Dalam keterangan resmi pada Mei 2024, Direktur Rewin Hanrahan mengatakan Malindo melakukan kerjasama dengan petani jagung lokal untuk menekan biaya bahan baku pakan, sembari memantau harga jagung internasional.
Di sisi lain, untuk mengatasi gejolak harga DOC dan broiler komersial, Malindo menunda belanja modal dan meningkatkan efisiensi produksi serta melakukan penghematan di setiap lini produksi dan operasional.
“Kami melakukan manajemen pembelian bahan baku dan penyesuaian harga jual yang tepat. Selain itu, kami meningkatkan penjualan ekspor,” ungkap Rewin.
Ekspor lanjutan ke Singapura
Pada Juni 2024, Malindo, melalui anak usahanya Malindo Food Delight, melakukan ekspor lanjutan karkas ayam beku dan produk ayam olahan ke Singapura.
Untuk karkas ayam beku, pengiriman dilakukan dari rumah potong ayam di Purwakarta, Jawa Barat. Sedangkan pengiriman produk ayam olahan dilakukan dari pabrik Malindo Food Delight di Cikarang, Jawa Barat.
Rewin mengungkapkan ekspor karkas ayam beku ke Singapura merupakan yang kedua kalinya, sedangkan untuk ekspor produk ayam olahan adalah untuk yang ke-5 kalinya.
“Ekspor kali ini total sebanyak 2 kontainer dengan nilai sekitar 65.000 dolar AS,” katanya. “Ekspor ini tidak mudah di tengah persaingan yang demikian ketat dan banyaknya eksportir produk sejenis dari berbagai negara.”
Sebagai informasi, persyaratan ekspor yang diminta oleh pemerintah Singapura sangat ketat. Produk yang diekspor harus berasal dari peternakan yang sudah memiliki sertifikat kompartemen bebas dari avian influenza, serta tidak terdeteksi mengandung beberapa virus atau bakteri seperti di antaranya Salmonella.
Di sisi pengolahan, rumah potong ayam Malindo sudah memiliki ISO 22000:2018 (sistem manajemen keamanan pangan), Nomor Kontrol Veteriner (NKV) Level 1 dan sertifikat halal. Fasilitas ini berkapasitas potong 3000 ekor/jam dan dilengkapi dengan cold storage berkapasitas 500 ton.