Site icon aviNews, la revista global de avicultura

Peningkatan in-ovo sexing di sektor perunggasan

Escrito por: David Corredor
PDF
sexing

Conteúdo disponível em: English

Teknologi in-ovo sexing dengan cepat meraih momentum di sektor perunggasan global, dipicu oleh masalah etika, perubahan peraturan, dan kemajuan teknologi. Langkah inovatif ini memungkinkan jenis kelamin dari embrio anak ayam untuk ditentukan ketika masih di dalam telur, sehingga mencegah penetasan dan culling dari anak ayam jantan, satu praktek yang telah menjadi sumber dari debat tentang etika.

Faktor pendorong utama dibalik adopsi in-ovo sexing adalah masalah teknis yang terkait dengan culling anak ayam jantan. Setiap tahun, miliaran anak ayam jantan di-culling secara global karena mereka tidak bertelur dan tidak cocok untuk produksi daging. Praktek ini mendapatkan pengawasan yang meningkat dari banyak organisasi kesejahteraan hewan dan masyarakat umum.

Merespon ini, beberapa negara, khususnya di Eropa, telah mengenalkan peraturan untuk melarang culling dari anak ayam jantan. Jerman menjadi negara pertama yang menerapkan larangan tersebut pada Januari 2022, diikuti oleh Perancis dan Italia. Perubahan peraturan ini telah mengakselerasi adopsi teknologi in-ovo sexing karena hatchery mencari alternatif yang sesuai dan beretika.

Kemajuan terkini dalam teknologi in-ovo sexing telah meningkat signifikan dalam hal akurasi dan efisiensi. Metode ini memanfaatkan hyperspectral imaging yang dikombinasi dengan artificial intelligence (AI)untuk menganalisa telur, memastikan bahwa hanya anak ayam betina saja yang ditetaskan. Ini tak hanya menyelesaikan masalah etika, tapi juga meningkatkan efisiensi operasional dengan mengurangi sumber daya yang digunakan untuk menetaskan dan meng-culling anak ayam jantan.

Penetrasi pasar dari teknologi in-ovo sexing mengalami peningkatan. Per April 2024, sekitar 20% dari ayam-ayam betina di Uni Eropa di-sexing secara in-ovo, meningkat dari 15% di September 2023. Pertumbuhan ini diharapkan berlanjut karena semakin banyak hatchery yang mengadopsinya.

Dampak ekonomis dari teknologi ini juga signifikan. Meski biaya awal untuk mengimplementasikan in-ovo sexing ini tinggi, perkembangan teknologi dan skala ekonomi telah mengarahkan pada penurunan biaya. Biaya in-ovo sexing menurun dari 4,00 Euro per ekor jantan di 2022 menjadi sekitar 3,10 Euro per ekor jantan di 2024.

Masa depan in-ovo sexing terlihat menjanjikan, dengan riset dan pengembangan yang terus berlanjut yang ditujukan pada pengembangan teknologinya lebih jauh. Inovasi seperti penggunaan Transformer attention architectures pada AI sedang diteliti untuk meningkatkan akurasi dan aplikasi dari in-ovo sexing untuk berbagai jenis ayam. Karena permintaan konsumen untuk telur yang diproduksi secara etis terus meningkat, dan semakin banyak negara mempertimbangkan peraturan untuk melarang culling anak ayam jantan, adopsi in-ovo sexing kemungkinan akan berkembang secara global.

Sebagai kesimpulan, in-ovo sexing mewakili perkembangan yang signifikan dari industri perunggasan global, mengatasi masalah etika dan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan inovasi teknologi yang terus berlanjut dan adopsi pasar yang meningkat, in-ovo sexing bersiap menjadi praktek standar di sektor perunggasan global.

Sumber: Tersedia berdasarkan permintaan.

PDF
Exit mobile version