Site icon aviNews, la revista global de avicultura

Perjanjian dagang Indonesia-AS beri dampak positif ke para perusahaan unggas

Escrito por: aviNews Indonesia
PDF

Perjanjian dagang bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) dianggap bisa menjadi katalis positif bagi perusahaan unggas seperti Charoen Pokphand (CP) Indonesia dan Japfa Comfeed Indonesia.

Indonesia telah sepakat untuk mengimpor produk dari AS tanpa dikenakan tarif. Perjanjian ini sepaket dengan komitmen Indonesia mengimpor produk pertanian, seperti kedelai, bungkil kedelai, gandum dan kapas, senilai 4,5 miliar dolar dari Amerika Serikat.

Oktavianus Audi, Analis di Kiwoom Sekuritas, menilai kebijakan tersebut akan menjadi katalis positif bagi kinerja fundamental perusahaan-perusahaan unggas di Indonesia.

“Kami melihat pengenaan tarif 0% untuk impor produk pertanian, khususnya bungkil kedelai, akan berdampak positif pada kinerja perusahaan-perusahaan unggas karena akan menurunkan biaya pokok produksi. Hingga saat ini Indonesia masih bergantung bungkil kedelai dari Argentina dan Brasil, sehingga risiko pasokan dapat berkurang,” kata Oktavianus.

Kenaikan beban produksi

Beberapa perusahaan unggas tercatat mengalami kenaikan beban produksi di semester I 2025:

Kondisi berbeda ditunjukkan Japfa di mana total produksi terkoreksi 0,30% secara tahunan dari Rp 22,25 triliun menjadi Rp 22,19 triliun. Dari angka ini, bahan baku juga turun 2,77% secara tahunan dari Rp 18,19 triliun menjadi Rp 17,69 triliun.

Cenderung melemah di kuartal II

Kiwoom Sekuritas melihat kinerja para perusahaan unggas pada kuartal II 2025 cenderung melemah seiring dengan turunnya harga broiler dan DOC.

Meski demikian, dari segmen bisnis pakan masih menjadi penopang kinerja utama di tengah kenaikan harga rerata jagung. Sementara itu, harga bungkil kedelai turun 3% secara kuartalan ke level 360 dolar per ton.

Oktavianus mencontohkan segmen bisnis pakan tersebut menjadi penopang kinerja CP pada semester I 2025.

Untuk Japfa, penjualan pakan ternak terkoreksi 2,27% dari Rp 7,40 triliun menjadi Rp 7,23 triliun. Di periode ini, penjualan peternakan komersial yang menjadi kontributor utama terkoreksi 6,80% secara tahunan dari Rp 11,61 triliun menjadi Rp 10,82 triliun.

PDF
Exit mobile version