Site icon aviNews, la revista global de avicultura

Pengendalian hama tikus adalah kunci dalam biosekuriti dan keberlanjutan unggas

PDF
Rodent

Konten ini tersedia dalam: English Tiếng Việt (Vietnamese)

Biosekuriti semakin penting dengan merebaknya berbagai penyakit unggas di seluruh dunia. Tikus telah menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat dan dikaitkan dengan epidemi selama berabad-abad.

Pengendalian hama tikus sangat penting dalam program biosekuriti karena hubungan yang erat atau hubungan sinantropik antara hama tikus, manusia, dan fasilitas hewan ternak.

HAMA TIKUS DALAM PENGENDALIAN INFLUENZA UNGGAS

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Jurnal Patogen (2024, 13(9), 764) dan Virus (2025, 17(4), 495) oleh peneliti dari Universitas Tottori di Jepang dan Universitas Hong Kong, masing-masing, menunjukkan bahwa mencit (Mus musculus) ), tikus coklat (Rattus novergicus), dan tikus hitam (Rattus ratus) merupakan inang permisif untuk beberapa subtipe virus influenza A yang umum pada burung atau manusia, termasuk H5Nx, H7N9, H9N2, H10N8 dan pandemi H1N1 tahun 2009.

Hasil ini menunjukkan bahwa tikus harus dipertimbangkan dalam ekologi virus influenza A.

Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa tikus liar sinantropik rentan terhadap infeksi virus avian influenza yang sangat patogen (HPAIV) subtipe H5N1 dan berkontribusi terhadap ekosistem virus sebagai inang yang kompeten dalam replikasi.

HAMA TIKUS DALAM RESISTENSI ANTIMIKROBA DAN PATOGEN BARU

Beberapa agen mikroba menular telah mengembangkan resistensi antimikroba (AMR), yang mengancam kesehatan unggas dan manusia.

HAMA TIKUS MERUSAK FASILITAS PETERNAKAN UNGGAS DAN KINERJA UNGGAS

Tikus juga merusak infrastruktur. Di kandang unggas, mereka dapat merusak jaringan listrik, sensor elektronik, pipa air, dan isolasi. Mencit memakan empat hingga lima gram pakan setiap hari, sedangkan tikus besar mengonsumsi 25 hingga 30 gram setiap hari. Populasi tikus yang besar dapat menyebabkan kerugian pakan yang signifikan di kandang unggas, yang dapat mempengaruhi kinerja flok unggas.

PENGENDALIAN HAMA TIKUS

Tikus adalah mamalia omnivora yang sangat produktif, sangat adaptif terhadap perubahan lingkungan, dan cepat belajar. Rencana pengendalian hama tikus yang terintegrasi mencakup kebersihan, penghalang fisik untuk meminimalkan akses, perangkap, umpan yang mengandung rodentisida, dan teknik pengendalian biologis.

Pengendalian habitat juga penting. Area peternakan harus bebas dari peralatan yang tidak diperlukan, puing-puing, atau bahan-bahan yang disimpan yang dapat menjadi tempat berlindung bagi tikus. Area di sekitar kandang harus bebas dari vegetasi yang tumbuh liar yang dapat menjadi tempat persembunyian atau sarang.

Fasilitas anti-tikus melalui penghalang fisik merupakan metode proaktif untuk mencegah infestasi. Hal ini meliputi identifikasi dan penutupan semua titik masuk potensial, seperti celah, lubang, retakan, pintu, ventilasi, dan jendela, menggunakan bahan seperti logam, jaring kawat, dan beton yang tidak dapat dihancurkan oleh tikus.

Perangkap dapat ditempatkan di zona dengan aktivitas tinggi di mana kotoran dan bekas gigitan terlihat. Perangkap jepit, papan lem, dan perangkap hidup dapat digunakan. Agar strategi ini tetap efektif, perangkap memerlukan pemeliharaan rutin, pengaturan ulang , dan pengangkatan tikus yang tertangkap secara tepat waktu.

Strategi pemasangan umpan untuk tikus tidak banyak berubah sejak diperkenalkannya antikoagulan pada tahun 1950-an.

Ada dua generasi rodentisida antikoagulan.

[1] Antikoagulan generasi pertama, yang meliputi chlorophacinone, coumatetralyl, diphacinone, dan warfarin, membutuhkan konsumsi umpan berulang kali dalam periode tertentu untuk efektif.

[2] Antikoagulan generasi kedua lebih kuat dan dapat membunuh dengan satu kali pemberian. Contohnya meliputi brodifacoum, bromadiolone, flocoumafen, difenacoum, dan difethialone.

PENGENDALIAN HAMA TIKUS DAN KEBERLANJUTAN

Antikoagulan adalah senyawa yang sangat beracun dan sangat persisten di lingkungan, dapat mencemari rantai makanan, dan menumpuk dalam tubuh predator dan pemakan bangkai melalui proses yang disebut bioakumulasi. Rodentisida juga dapat memengaruhi burung, mamalia, dan reptil serta memabukkan predator hewan pengerat.

Uni Eropa mungkin akan melarang penggunaan rodentisida yang saat ini tersedia dengan konsentrasi melebihi 30 ppm. Kemudian, produk dengan dosis yang lebih rendah perlu digunakan.

Kombinasi antikoagulan dapat secara efektif mengendalikan populasi tikus dengan dosis yang lebih rendah dari dosis standar dan mengurangi pelepasan produk-produk tersebut ke lingkungan.

Di sisi lain, integrasi predator alami ke dalam strategi pengendalian hama tikus dianggap sebagai metode ramah lingkungan dan efisien untuk mengelola populasi hama tikus.

PEMANTAUAN POPULASI TIKUS

Pemantauan yang konsisten dan teratur terhadap zona penyimpanan pakan, kandang unggas, dan perimeter peternakan sangat penting dalam strategi pengendalian hama tikus.

PDF
PDF
Exit mobile version