Daging ayam akan terus mensubstitusi daging sapi
Chicken Big Mac bukanlah uji coba yang asal-asalan. Ini adalah cara McDonald’s dalam mensubstitusi protein untuk mendapat biaya produksi yang lebih baik.
Karena daging ayam berlanjut menjadi protein hewani yang lebih terjangkau, kita akan melihat semakin banyak pelaku bisnis horeka di Amerika Serikat ‘mensubstitusi’ daging sapi dengan daging ayam, ungkap Chris DuBois, Wakil Presiden Eksekutif dari Circana’s Fresh Foods.
“Harga daging sapi saat ini sangat tinggi. Ditambah dengan fakta bahwa banyak konsumen lebih memilih untuk makan di rumah karena alasan finansial, hal ini menciptakan kondisi yang menantang untuk pelaku bisnis horeka,” kata Chris.
“Apa yang memotori perbedaan biaya horeka dan harga ritel? Jawabannya adalah biaya dari suatu menu makanan. Jika kamu pergi ke McDonald’s, harga makanannya tidak murah. Jika kamu pergi ke Panera, harga makanannya juga tidak murah.”
Beberapa pelaku bisnis horeka, kata Chris, bisa bertahan dan berkembang, sementara yang lainnya mengalami kebangkrutan. Faktanya, mereka yang melakukan penyesuaian menu, seperti mengurangi ketergantungan pada menu daging sapi yang mahal dan lebih mengutamakan menu daging ayam yang lebih murah, memiliki kondisi finansial yang baik.
“Kita seringkali melihat substitusi dari sumber-sumber protein. Chicken Big Mac bukanlah uji coba yang asal-asalan. Ini adalah cara McDonald’s dalam mensubstitusi protein untuk mendapat biaya produksi yang lebih baik. Karena itu, kita akan melihat semakin banyak kasus di mana daging ayam mensubstitusi daging sapi,” papar Chris.
- Bagaimana di Indonesia?
aviNews Indonesia mengamati bahwa tren ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, namun juga di Indonesia. Restoran-restoran terus berinovasi dengan menu-menunya untuk mendapatkan biaya produksi yang lebih rendah sehingga menu mereka lebih terjangkau untuk pelanggannya. Alhasil, menu yang terbuat dari daging ayam semakin banyak dan bervariasi dalam hal rasa dan sajian.
Di sisi lain, aviNews Indonesia juga mengamati semakin banyak jaringan restoran cepat saji yang hanya fokus menjual menu-menu daging ayam. Ini bukan hanya membuktikan konsumen Indonesia cinta daging ayam, tapi daging ayam diterima oleh konsumen dari berbagai kelas ekonomi dan terjangkau bagi kelas menengah-bawah.