Konten ini tersedia dalam:
English Melayu (Malay) ไทย (Thai) Tiếng Việt (Vietnamese) Philipino
Rata-rata tingkat daya tetas ayam pedaging telah menurun di Amerika Serikat dalam dekade terakhir.
Gambar 1. Rata-rata daya tetas industri ayam pedaging AS antara tahun 2012 dan 2022 menurut kapasitas produksi telur dari 650.000 hingga 1,5 juta telur per minggu. Sumber: AgriStats (Fort Wayne, IN)
Gambar 1 menunjukkan data dari AgriStats (Fort Wayne, IN), perusahaan pembanding terbesar di Amerika Serikat, yang memperlihatkan penurunan daya tetas antara tahun 2012 dan 2022 berdasarkan kapasitas produksi telur di tempat penetasan telur per minggu.
Saat ini, daya tetas rata-rata bisa mendekati 80%, lima poin persentase lebih rendah dibanding sebelumnya pada tahun 2012.
Data AgriStats menunjukkan bahwa antara tahun 2020 dan 2023, rata-rata daya tetas ayam pedaging berkurang sedikitnya tiga poin persentase.
Potensi penyebab hilangnya daya tetas
Ada beberapa penyebab potensial hilangnya daya tetas.
Fertilitas sering kali menjadi tantangan dalam banyak flok breeder; kematian ayam betina meningkat, dan kualitas kulit telur cenderung menjadi masalah. Manajemen nutrisi dan pemberian pakan dapat mengurangi beberapa masalah tersebut.
Namun, beberapa laporan dan publikasi ilmiah baru-baru ini menunjukkan bahwa Enterococcus faecalis, Enterococcus cecorum, dan Escherichia coli sering ditemukan dari embrio yang tidak dapat hidup di beberapa negara.
Namun, kepentingan relatif masing-masing bakteri belum dijelaskan.
Namun, Enterococcus faecalis juga dikaitkan dengan kematian ayam pada minggu pertama.
Enterococcus faecalis
Mikroorganisme ini ada di mana-mana dalam lingkungan produksi unggas dan bersifat komensal dalam saluran pencernaan unggas. Mereka dapat menjadi patogen oportunistik tetapi juga merupakan bagian dari mikrobiota usus normal pada anak ayam yang sehat.
Dr. Jodi Delago baru-baru ini melaporkan hasil dari survei lapangan yang dilakukan di enam tempat penetasan telur di AS pada Forum Ilmiah Unggas Internasional (IPSF) di Atlanta, Georgia.
Mereka menggunakan telur dari 405 residu penetasan dengan bukti kematian embrio dini.
Usap sampel aseptik diambil dari area kantung kuning telur.
Dalam proyek ini, Enterococcus faecalis dan Escherichia coli diisolasi.
Koinfeksi kedua bakteri tersebut jauh lebih sering terjadi (43%) dibandingkan prevalensi masing-masing bakteri secara terpisah.
Enterococcus faecalis sendiri sebesar 13%, serupa dengan prevalensi ...