08 Sep 2025
Meningkatkan produktivitas unggas dengan mengelola serat pakan dengan tepat
Pemahaman yang mendalam tentang peran serat dalam nutrisi unggas dapat menghasilkan pakan yang lebih seimbang dan efektif.
Dalam dunia produksi unggas modern, pengelolaan pakan telah menjadi faktor penentu utama dalam produktivitas, kesehatan, dan keberlanjutan peternakan.
Sebagian besar perhatian jenis nutrien pakan selama ini tertuju pada kandungan protein, lemak, dan energi dalam pakan.
Namun, salah satu komponen yang sering kali terabaikan tetapi memiliki peran yang sangat penting adalah serat.
Serat dan perannya dalam nutrisi unggas
Serat pakan unggas pada dasarnya adalah karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh unggas.
Serat terbagi menjadi dua kategori utama: serat larut dan serat tidak larut. Meskipun keduanya memiliki efek yang berbeda terhadap fisiologi unggas, keduanya sangat penting untuk mendukung proses pencernaan dan keseimbangan metabolisme.
Serat tidak larut, yang banyak ditemukan dalam bahan pakan seperti dedak padi, memainkan peran utama dalam merangsang perkembangan gizzard (rempela).
Gizzard ini berfungsi untuk menggiling pakan yang masuk, meningkatkan efisiensi pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Penelitian menunjukkan bahwa penambahan serat tidak larut pada tingkat moderat dalam pakan unggas dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan tanpa mengurangi kualitas nutrisi dalam pakan (Mandey et al., 2017; Martínez & Kim, 2021).
Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun serat tidak larut memiliki manfaat yang baik, penggunaan serat yang berlebihan dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan nutrisi.
Penyerapan nutrisi yang rendah dan gangguan dalam proses pencernaan bisa mempengaruhi pertumbuhan unggas secara keseluruhan (Alshelmani et al., 2024; Jha & Mishra, 2021).
Oleh karena itu, pengelolaan serat dalam pakan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mendapatkan manfaat maksimal tanpa efek negatif.
Serat sebagai prebiotik dalam pakan unggas
Selain memberikan manfaat pencernaan mekanik, serat juga berfungsi sebagai prebiotik.
Prebiotik adalah senyawa yang tidak dapat dicerna yang terdapat dalam pakan yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme menguntungkan di saluran pencernaan.
Beberapa jenis serat, seperti yang ditemukan dalam dedak padi dan dedak gandum, telah terbukti meningkatkan keseimbangan mikroba dalam usus unggas, meningkatkan kesehatan pencernaan, dan memfasilitasi pemanfaatan nutrisi yang lebih baik (Sekh & Karki, 2022; Saeed et al., 2019).
Mikrobiota usus yang sehat dapat meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek (Short-Chain Fatty Acids/SCFAs), seperti asetat dan propionat, yang bermanfaat untuk kesehatan saluran pencernaan dan fungsi kekebalan tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa pakan kaya serat membantu menjaga keseimbangan mikrobioma yang sehat, yang berkontribusi pada metabolisme yang lebih baik dan ketahanan tubuh terhadap patogen (Jha & Mishra, 2021; Abdel‐Wareth & Lohakare, 2023).
Mengoptimalkan penggunaan enzim dalam pengelolaan serat
Penggunaan aditif pakan, terutama enzim, dapat mendukung efektivitas serat dalam pakan unggas.
Teknologi pakan yang berkembang telah menghasilkan enzim yang dirancang khusus untuk memecah polisakarida non-pati (non-starch polysaccharides/NSP), yang terdapat pada beberapa jenis serat.
Enzim seperti xilanase dan β-mannanase dapat meningkatkan ketersediaan bio-nutrisi dalam pakan dan mengurangi viskositas usus yang dapat menghambat pencernaan (Zarghi, 2018; Alshelmani et al., 2024).
Dengan menambahkan enzim pencernaan, pakan yang mengandung serat tinggi dapat lebih mudah dicerna, yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi dampak negatif dari serat yang sulit dicerna.
Penggunaan enzim dalam pakan ini sangat bermanfaat dalam konteks peternakan unggas yang berkelanjutan, di mana mengurangi biaya pakan dan dampak polusi lingkungan (Ravindran, 2012; Costa et al., 2024).
Pengelolaan serat untuk produktivitas unggas yang optimal
Manfaat serat bagi unggas tidak hanya terbatas pada kesehatan pencernaan. Pakan yang mengandung serat yang cukup, juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, yang sangat penting untuk meningkatkan hasil produksi unggas.
Dalam peternakan unggas, terutama pada ayam pedaging, efisiensi pakan adalah faktor utama yang mempengaruhi biaya produksi dan keuntungan.
Serat yang tepat dalam pakan dapat meningkatkan konsumsi pakan yang lebih merata, mempengaruhi proses metabolisme dan mengurangi biaya produksi pakan (Martínez & Kim, 2021).
Namun, perlu diingat bahwa kebutuhan serat pada unggas sangat bervariasi, tergantung pada jenis dan tujuannya.
Unggas pedaging membutuhkan lebih sedikit serat dibandingkan dengan unggas petelur, yang membutuhkan serat lebih banyak untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh mereka.
Oleh karena itu, penting untuk merancang formulasi pakan berdasarkan kebutuhan spesifik unggas yang berbeda.
Tantangan dalam pengelolaan serat pakan
Meskipun serat memiliki banyak manfaat, pengelolaannya tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah memilih jenis serat yang tepat dan mengelola jumlahnya agar tidak mengganggu penyerapan nutrisi lainnya.
Beberapa sumber serat, seperti serat yang kaya β-mannans (contohnya dedak padi dan dedak gandum), dapat meningkatkan viskositas usus, mengurangi efisiensi pencernaan, dan menghambat penyerapan nutrisi penting lainnya (Saeed et al., 2019).
Selain itu, peran serat dalam pakan unggas harus dipahami secara lebih holistik, mengingat beberapa jenis serat mungkin mengandung faktor antinutrisi yang mempengaruhi ketersediaan nutrisi dalam tubuh unggas.
Oleh karena itu, pemilihan bahan pakan yang tepat sangat penting untuk memastikan pencernaan unggas berjalan dengan lancar, dan manfaat serat dapat dimaksimalkan.
Dosis penggunaan serat dalam pakan
Dosis penggunaan serat dalam pakan unggas bervariasi tergantung pada jenis unggas (misalnya, ayam pedaging, ayam petelur, atau unggas lainnya) dan tujuan produksinya.
Secara umum, berikut adalah beberapa pedoman penggunaan serat dalam pakan unggas, terutama untuk ternak ayam.
- Ayam pedaging (broiler): Untuk ayam pedaging, kandungan serat dalam pakan biasanya berkisar antara 3-5% dari total pakan. Pemberian serat pada tingkat ini dapat membantu merangsang pergerakan pakan di saluran pencernaan dan meningkatkan kesehatan pencernaan tanpa mengganggu penyerapan nutrisi utama.
- Ayam petelur: Pada ayam petelur, kandungan serat pakan biasanya lebih tinggi, sekitar 4-6%. Serat yang lebih tinggi membantu menjaga kesehatan saluran pencernaan dan meningkatkan proses pencernaan yang efisien untuk mendukung produksi telur yang baik. Serat juga membantu dalam pengaturan metabolisme dan keseimbangan energi.
- Ayam kampung: Untuk ayam kampung atau ayam lokal atau ayam bukan ras (buras) yang lebih aktif secara fisik, serat pakan bisa mencapai 5-7% dalam pakan. Serat yang lebih tinggi membantu mendukung pencernaan yang sehat serta meningkatkan kualitas hidup unggas secara keseluruhan.
Kesimpulan
Serat pakan unggas adalah komponen yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan pencernaan, efisiensi pakan, dan produktivitas unggas secara keseluruhan.
Pengelolaan serat yang tepat, baik dari segi jenis dan dosis, sangat penting untuk memaksimalkan manfaatnya, seperti meningkatkan perkembangan gizzard, mendukung kesehatan mikrobiota usus, dan meningkatkan pemanfaatan nutrisi.
Di sisi lain, penggunaan enzim pencernaan dan pemilihan serat yang tepat dapat mengurangi efek negatif dari serat yang berlebihan dan memastikan pencernaan unggas tetap efisien.
Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang peran serat dalam nutrisi unggas, ditambah dengan manajemen yang tepat, dapat menghasilkan pakan yang lebih seimbang dan efektif, mendukung keberlanjutan produksi unggas yang lebih efisien dan menguntungkan.
Pustaka
Abdel‐Wareth, A. and Lohakare, J. (2023). Bioactive lipid compounds as eco-friendly agents in the diets of broiler chicks for sustainable production and health status. Veterinary Sciences, 10(10), 612. https://doi.org/10.3390/vetsci10100612.
Alshelmani, M., El-Safty, S., Kairalla, M., & Humam, A. (2024). Enzymes in poultry feed.. https://doi.org/10.5772/intechopen.112927.
Costa, M., Spínola, M., & Prates, J. (2024). Microalgae as an alternative mineral source in poultry nutrition. Veterinary Sciences, 11(1), 44. https://doi.org/10.3390/vetsci11010044
Jha, R. and Mishra, P. (2021). Dietary fiber in poultry nutrition and their effects on nutrient utilization, performance, gut health, and on the environment: a review. Journal of Animal Science and Biotechnology, 12(1). https://doi.org/10.1186/s40104-021-00576-0.
Mandey, J., Kowel, Y., Regar, M., & Leke, J. (2017). Effect of different level of energy and crude fiber from sawdust in diets on carcass quality of broiler. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture, 42(4), 240. https://doi.org/10.14710/jitaa.42.4.240-246.
Martínez, O. and Kim, W. (2021). Role of dietary fiber in poultry nutrition. Animals, 11(2), 461. https://doi.org/10.3390/ani11020461
Ravindran, V. (2012). Advances and future directions in poultry nutrition: an overview. Korean Journal of Poultry Science, 39(1), 53-62. https://doi.org/10.5536/kjps.2012.39.1.053
Saeed, M., Ayaşan, T., Alagawany, M., El‐Hack, M., Abdel-Latif, M., & Patra, A. (2019). The role of ß-mannanase (hemicell) in improving poultry productivity, health and environment. Brazilian Journal of Poultry Science, 21(3). https://doi.org/10.1590/1806-9061-2019-1001
Sekh, N. and Karki, D. (2022). Dietary fiber in poultry nutrition in the light of past, present, and future research perspective: a review. Open Journal of Animal Sciences, 12(04), 662-687. https://doi.org/10.4236/ojas.2022.124046
Zarghi, H. (2018). Application of xylanase and β-glucanase to improve nutrient utilization in poultry fed cereal base diets: used of enzymes in poultry diet. Insights in Enzyme Research, 02(01). https://doi.org/10.21767/2573-4466.100011