Site icon aviNews, la revista global de avicultura

Meski diprediksi tetap kuat, pasar unggas global dihantui risiko geopolitik

Escrito por: aviNews Indonesia
PDF

Perdagangan unggas global diperkirakan akan tetap kuat di tengah pasokan protein global yang relatif ketat dan peningkatan konsumsi, RaboResearch menyimpulkan dalam laporan protein hewani terbarunya.

Lembaga keuangan tersebut memperingatkan bahwa meningkatnya ketegangan geopolitik, termasuk tarif Amerika Serikat atas impor dan tarif balasan atas unggas Amerika Serikat dari wilayah yang terkena dampak, dapat menyebabkan perang dagang dan pergeseran arus perdagangan global.

Kondisi ekonomi yang membaik di banyak wilayah, bersama dengan harga protein lain yang terus tinggi, menjadikan unggas sebagai pilihan yang menarik bagi konsumen di seluruh dunia.

Pertumbuhan konsumsi global diperkirakan mencapai sekitar 2,5-3% tahun ini. Ini menandai tahun kedua berturut-turut pertumbuhan pasar di atas rata-rata, yang telah menyebabkan peningkatan signifikan dalam performa marjin di banyak wilayah.

“Hampir semua wilayah saat ini menikmati kondisi pasar yang menguntungkan, dengan pengecualian China, yang menghadapi kondisi ekonomi yang lebih lemah, memudarnya kepercayaan konsumen, dan pasar daging domestik yang kelebihan pasokan setelah bertahun-tahun mengalami ekspansi yang cepat,” kata Nan-Dirk Mulder, Analis Senior RaboResearch bidang Protein Hewani.

AI tetap menjadi tantangan

Penanganan avian influenza (AI) tetap menjadi tantangan signifikan bagi industri unggas global dan salah satu masalah operasional terbesarnya. Selain itu, pasokan induk tetap terbatas, dan harga telur tetas masih tinggi, sehingga membatasi pertumbuhan.

“Kenaikan harga telur kini mendorong minat baru pada vaksinasi sebagai alat untuk memerangi ancaman AI,” kata Mulder.

“Industri unggas telah memperdebatkan penggunaan vaksin dalam beberapa tahun terakhir, dan lebih banyak negara mengadopsi vaksinasi sebagai alat untuk mengurangi risiko penyebaran AI. Secara umum, ada lebih banyak dukungan di antara produsen telur daripada produsen ayam pedaging. Kekhawatiran tentang dampak perdagangan dan hasil yang beragam dalam mengendalikan penyebaran penyakit telah menjadi faktor utama bagi beberapa negara yang tidak mengadopsi vaksinasi sebagai alat.”

Geopolitik

Selain risiko AI yang sedang berlangsung, meningkatnya ketegangan geopolitik dan persaingan menimbulkan tantangan terbesar bagi perdagangan global.

Secara umum, perdagangan global diperkirakan akan tetap kuat di tengah pasokan protein global yang relatif ketat dan meningkatnya konsumsi. Namun, meningkatnya ketegangan geopolitik, termasuk tarif impor Amerika Serikat dan tarif balasan atas unggas Amerika Serikat dari wilayah yang terkena dampak, dapat menyebabkan perang dagang dan pergeseran arus perdagangan global.

Brazil dan Thailand diperkirakan akan mendapat keuntungan dari ketegangan geopolitik ini. “Mereka telah memperoleh pangsa pasar di pasar seperti China dan Meksiko, dan tren ini kemungkinan akan terus berlanjut, terutama jika ketegangan perdagangan meningkat,” imbuh Mulder.

Secara tidak langsung, ketegangan geopolitik juga dapat menyebabkan perubahan dalam operasi karena pembatasan atau pergeseran arus perdagangan input seperti komoditas pertanian dan aditif pakan.

“Pedagang global harus siap untuk merespons perkembangan dengan cepat,” Mulder memperingatkan.

PDF
Exit mobile version