05 Sep 2025

Para analis tetap percaya potensi Japfa meski kinerja paruh pertama menurun

Japfa dinilai mampu membukukan margin penjualan yang lebih tinggi setelah berencana meningkatkan eksposur ke jalur perdagangan modern.

Sejumlah analis masih memberikan rekomendasi ‘beli’ terhadap saham Japfa Comfeed Indonesia selepas perusahaan agro-pangan ini membukukan penurunan kinerja di paruh pertama 2025.

Sepanjang Januari-Juni 2025, penjualan bersih Japfa turun 0,6% secara tahunan menjadi Rp 27,48 triliun dari Rp 27,64 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Akibatnya, laba bersih Japfa pun menyusut 16,43% secara tahunan menjadi Rp 1,23 triliun pada semester I 2025 dari Rp 1,47 triliun pada semester I 2024.

Penyebab penurunan kinerja

Abdul Azis Setyo, Analis Kiwoom Sekuritas dalam riset terbarunya mengenai Japfa menerangkan bahwa penurunan kinerja Japfa di semester I 2025 dikarenakan permintaan yang lemah hingga turunnya harga jual rata-rata ayam hidup.

Direksi Japfa mengonfirmasi bahwa perusahaan tengah ditantang oleh berbagai sentimen pelemahan daya beli masyarakat hingga fluktuasi nilai tukar rupiah yang membuat berat beban impor terhadap bahan baku.

Tinjauan segmen

Berlanjut setelah iklan.

Dari segmen penjualan, Japfa juga mencatatkan penjualan yang susut di sebagian besar segmen. Namun, segmen pemrosesan unggas dan produk konsumen tercatat tumbuh 19,4% secara tahunan menjadi Rp 5,0 triliun.

“Hal ini mencerminkan pergeseran konsumsi produk olahan,” kata Abdul dalam risetnya.

Selain itu, segmen akuakultur juga mencatatkan pertumbuhan 2,5% secara tahunan menjadi Rp 2,3 triliun dan perdagangan lainnya mencatatkan pertumbuhan penjualan 5,8% secara tahunan menjadi Rp 1,1 triliun.

Namun, sejumlah segmen lainnya seperti pakan, pembibitan, dan peternakan komersial masih tertekan.

Karena itu, Abdul merevisi target penjualan Japfa. Sebelumnya, Kiwoom memasang target penjualan senilai Rp 59,6 triliun atau naik 7% secara tahunan. Kini, Kiwoom hanya memproyeksikan pertumbuhan 3% secara tahunan menjadi Rp 57,6 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 3,12 triliun atau naik 3%.

Abdul masih merekomendasikan ‘beli’ untuk saham Japfa, dengan target harga Rp 2.010 per lembar.

Potensi penguatan dan risiko penurunan

Sejumlah potensi penguatan Japfa datang dari upaya pemerintah untuk melakukan pengendalian produksi melalui culling DOC dan broiler, kata Abdul.

“Sementara itu, risiko penurunan mencakup pelemahan daya beli konsumen, ketatnya persaingan pasar, serta kenaikan beban operasional yang berpotensi menekan profitabilitas ke depan,” tambahnya.

Jason Chandra, Analis CGS Internasional, percaya Japfa berpotensi untuk tumbuh di paruh kedua tahun ini. Ini didasarkan pada harga ayam yang akan membaik pada kuartal IV 2025 yang didukung oleh culling pemerintah dan dampak pemangkasan kuota grand parent stock.

Jason menekankan pada So Good Food, salah satu anak perusahaan Japfa, yang memiliki kapasitas produksi sekitar 8.000 ton produk berbasis ayam dan sekitar 5.000 ton sosis siap saji. Selain itu, Japfa juga melayani pesanan khusus untuk McDonald’s Indonesia.

“Kami memperkirakan pertumbuhan pendapatan terutama akan ditopang oleh inovasi produk baru dan perluasan saluran distribusi,” kata Jason dalam riset terbarunya.

Japfa dinilai mampu membukukan margin penjualan yang lebih tinggi setelah perusahaan berencana meningkatkan eksposur ke jalur perdagangan modern.

Meski ada harapan penguatan kinerja, sejumlah risiko penurunan berpotensi dialami oleh Japfa, dengan harga ayam yang lebih rendah dari perkiraan hingga harga bahan baku yang lebih tinggi.

“Risiko terhadap pandangan kami meliputi pelemahan daya beli yang lebih lanjut, gangguan pasokan bahan baku, serta intervensi pemerintah,” ungkap Victor Stefano dan Wilastita Muthia dari BRI Danareksa Sekuritas dalam analisis mereka.

Realisasi belanja modal

Japfa telah merealisasikan belanja modal senilai Rp 930 miliar sepanjang semester I 2025. Realisasi ini diharapkan mampu mendorong kinerja Japfa di tengah berbagai tantangan yang masih menghantui kinerja perusahaan di sisa 2025.

Erwin Djohan, Financial Controller Japfa, mengatakan sepanjang semester I 2025, Japfa telah menggelontorkan belanja modal untuk membangun tiga proyek strategis di berbagai lokasi di Indonesia:

Digitalisasi

Sejalan dengan proyek-proyek tersebut, Japfa optimis untuk membukukan kinerja yang positif sepanjang 2025. Meskipun begitu, sejumlah tantangan seperti lemahnya daya beli masyarakat dan fluktuasi nilai tukar rupiah menghantui kinerja Japfa.

Direksi Japfa menerangkan bahwa pelemahan daya beli masyarakat dan fluktuasi nilai tukar rupiah akan berpotensi menekan total pendapatan Japfa ke depannya. Namun, perusahaan tetap optimis memandang sisa tahun 2025.

“Jadi dua hal ini adalah sesuatu yang di luar kontrol perusahaan. Di tengah situasi seperti ini, dan salah satu caranya adalah digitalisasi,” kata Erwin.

Selain melakukan digitalisasi, Japfa juga tengah melakukan efisiensi produksi, operasional, hingga administrasi.

Sentimen positif dari program MBG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diprediksi bakal memberikan sentimen positif bagi kinerja Japfa. Melalui program ini, Japfa berpotensi mendapatkan sengatan dari penyediaan bahan baku bagi program tersebut.

Rachmat Indrajaya, Direktur Japfa, mengatakan sejak program ini berjalan pada 6 Januari 2025, Japfa telah melakukan pemenuhan suplai terhadap bahan baku MBG di sejumlah dapur MBG.

Senada, Erwin menerangkan kontribusi Japfa terhadap program MBG dilakukan secara langsung dan tidak langsung, baik di Jawa dan luar Jawa. Penyaluran produk-produk Japfa tidak hanya langsung menyasar dapur-dapur MBG, tetapi juga melalui sejumlah koperasi atau lembaga yang turut menjadi penyedia untuk dapur-dapur MBG.

Namun, Erwin menegaskan bahwa Japfa tidak menetapkan target pendapatan melalui program MBG. “Karena orientasinya seperti itu, kami hanya mengisi ruang yang ada. Jadi kami tetap kerja sama dan koordinasi dengan semua pihak. Dan kalau memang ada ruang yang kosong yang mungkin kami bisa isi, ya tentu kami akan upayakan itu terjadi,” katanya.


Terkait dengan Olahan
TEMUKAN
agriNews Play - Los podcast del sector ganadero en español
agriCalendar - Kalender acara di dunia peternakanagriCalendar
agrinewsCampus - Kursus pelatihan untuk sektor peternakan