Pemerintah minta pelaku industri pakan serap ayam hidup peternak rakyat
Upaya stabilisasi harga ayam hidup membutuhkan gotong royong lintas sektor, terutama dari perusahaan pakan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Agung Suganda meminta para pelaku usaha di industri pakan dan industri terkait untuk berkontribusi menyerap ayam hidup milik peternak rakyat.
Dalam rapat koordinasi dukungan pakan terhadap stabilisasi harga ayam hidup di Jakarta, Agung mengatakan upaya stabilisasi harga ayam hidup membutuhkan gotong royong lintas sektor, terutama dari perusahaan pakan, pabrik pakan non-budidaya, dan pedagang bahan baku pakan.
“Kepada perusahaan pakan terintegrasi, saya minta untuk terus melakukan penyerapan ayam hidup milik peternak rakyat. Kepada pabrik pakan non-budidaya, saya juga meminta kontribusinya untuk turut menyerap. Termasuk kepada para penjual bahan baku pakan unggas, kami minta ikut menyerap karena anda adalah bagian dari mata rantai bisnis pakan,” pintanya. |
Seluruh bentuk dukungan harus dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai wujud komitmen terhadap upaya pemerintah menjaga harga ayam hidup tetap layak.
Agung mengingatkan harga pakan yang tinggi tanpa diimbangi oleh harga jual ayam hidup yang memadai akan melemahkan semangat peternak rakyat.
“Jika peternak berhenti produksi, maka permintaan terhadap pakan juga akan menurun, dan itu merugikan semua pihak,” pungkasnya.
Data Bapanas
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga ayam hidup pada pertengahan April 2025 di sejumlah daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jabodetabek hanya berkisar antara Rp 13.200-14.400 per kg.
Angka ini jauh di bawah titik impas yang berada di level Rp 19.000 per kg, bahkan lebih rendah lagi dibanding harga acuan penjualan yang ditetapkan sebesar Rp 25.000 per kg.
Data Ombudsman
Ombudsman menyebutkan peternak ayam merugi hingga Rp 86,4 miliar per minggu usai Idul Fitri 2025.
Data dihimpun setelah Ombudsman menerima keluhan dari para peternak di Jawa Barat yang menyebut harga ayam hidup berkisar Rp 11.000-12.000 per kg pada 7-11 April 2025. Kemudian, pada 14-16 April 2025, harga ayam hidup menjadi Rp 13.000-14.000 per kg.
“Jika dibandingkan dengan harga acuan, maka ada selisih kerugian setidaknya Rp 9.000 per kg. Kerugian para peternak mandiri dengan populasi 6 juta ekor,” kata Anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika.
“Dengan berat rata-rata per ekor ayam hidup 1,6 kg dan jumlah produksi 9,6 juta kg per minggu, maka estimasi kerugian tiap minggunya mencapai Rp86,4 miliar,” ungkap Yeka.
Jika tak ada langkah intervensi dari pemerintah, kerugian dapat berlanjut hingga mencapai Rp 691,2 miliar pada akhir Mei 2025.