29 Apr 2025

Frederick Sebastian: Sang arsitek revolusi perunggasan modern Indonesia

Dari duka ke duit – kisah visioner yang mengubah peternakan unggas tradisional menjadi kerajaan bisnis bernilai miliaran.

Dari kaki lima menjadi bintang lima, Frederick Sebastian membuktikan bahwa bisnis di desa bisa bertransformasi menjadi bisnis pangan berskala nasional.

Pria kelahiran 1988 ini berhasil mengubah warisan keluarga—sebuah peternakan broiler (ayam pedaging) sederhana—menjadi Golden Rooster Indonesia (GRI), jaringan bisnis perunggasan yang mengelola jutaan ekor ayam.

Baginya, ayam bukan sekadar komoditas. Setiap ekor adalah cerita tentang harapan, setiap kandang adalah ruang kelas untuk melahirkan profesional peternakan baru.

Frederick Sebastian dan Melissa

Revolusi model bisnis

Berawal dari sebuah peternakan broiler milik keluarga yang telah berdiri sejak 1980, Frederick melanjutkan usaha kecil milik orang tuanya dengan mimpi yang besar.

Namun, naluri bisnisnya yang tajam membisikkan sesuatu: ada cara yang lebih baik untuk mengelola peternakan ini. Ia pun mengambil lompatan berani, mengubah model usaha dari mandiri menjadi kemitraan terstruktur.

Berlanjut setelah iklan.

“Kami dulu menjalankan semuanya secara mandiri, tapi akhirnya bertransformasi menjadi kemitraan penuh,” ujarnya.

Keputusan itu menjadi titik balik. Pada 2015, peternakannya mencatatkan indeks performa (IP) 491, sebuah pencapaian yang menggegerkan industri peternakan unggas saat itu.

Kesuksesan ini menarik minat peternak lain yang meminta bantuan manajemen dan pada 2019, lahirlah GRI.

GRI adalah sebuah perusahaan yang unik, karena perusahaan ini dibangun bukan di atas aset fisik. Bisnis ini dibangun di atas keahlian: manajemen pemeliharaan, teknologi, dan sumber daya manusia (SDM) yang profesional.

Dari hanya mengelola 40.000 ekor ayam di Jawa Tengah, GRI kini mengelola jutaan ekor ayam di berbagai wilayah Indonesia.

GRI kini mengelola jutaan ekor ayam di berbagai wilayah Indonesia.

The Golden formula: Sistem, teknologi dan SDM

Frederick percaya bahwa teknologi adalah kunci efisiensi. Di GRI, hampir semua aktivitas dipantau secara digital—mulai dari pemantauan kesehatan ayam hingga konsultasi dokter hewan yang dilakukan secara daring.

“Satu orang kini bisa menangani 30.000 ekor ayam, berkat automasi dan sistem yang kami terapkan,” katanya.

Berkat automasi dan sistem yang diterapkan GRI, satu orang kini bisa menangani 30.000 ekor ayam.

Namun, teknologi tak berarti apa-apa tanpa SDM yang mumpuni. Frederick menekankan pentingnya pengembangan SDM.

Di GRI, setiap individu diberi kesempatan untuk berkembang. Seorang manajer kandang bisa naik jenjang dari mengelola 30.000 ekor hingga 200.000 ekor, dengan penghasilan yang meningkat signifikan.

“Setiap individu itu spesial, asalkan diberikan peluang dan kepercayaan,” kata Frederick tentang filosofinya dalam memimpin tim.

Tampak depan dari kandang di salah patu peternakan yang dikelola oleh GRI. Di GRI, hampir semua aktivitas dipantau secara digital.

Mengubah tantangan menjadi peluang

GRI didirikan dengan misi untuk membantu proses transisi modernisasi perunggasan Indonesia.

Pada saat itu, peternak ayam dipaksa untuk melakukan efisiensi yang luar biasa dengan mengadopsi sistem closed house (kandang tertutup), akibat dari penurunan harga jual daging ayam yang mengalami penurunan signifikan dari tahun ke tahun.

Masalah yang terjadi adalah peternak tidak mampu membeli peralatan yang canggih, sehingga memberikan peluang bagi investor untuk mendominasi pembangunan kandang ayam modern.

Di sisi lain, kurangnya keahlian dan pengalaman untuk budidaya menjadi masalah baru bagi investor yang belum paham cara mengoperasikan kandang ayam dengan baik.

Dari sini lah ide untuk membuat jasa manajemen kandang ayam yang profesional timbul. GRI berhasil membuat sinergi yang harmonis antara peternak dan investor dengan sistem berbagi keuntungan.

Tampak belakang dari kandang di salah satu peternakan yang dikelola oleh GRI. GRI berhasil membuat sinergi yang harmonis antara peternak dan investor dengan sistem berbagi keuntungan.

Agar peternak naik kelas

Dari awal yang sederhana, hanya mengelola 40.000 ekor ayam, GRI melesat dengan kecepatan luar biasa. Dalam hitungan kurang dari 5 tahun, skalanya ‘membengkak’ menjadi jutaan ekor.

Tapi bagi Frederick, angka-angka itu bukanlah tujuan utama. “Kami ingin peternak lokal naik kelas, mampu bersaing di era modern,” tegasnya. 

Kini, GRI tak hanya mengubah bisnis peternakan unggas, tapi juga mempersiapkan SDM unggul untuk bersaing di kancah global.

Visinya jelas: membawa peternakan unggas Indonesia ke level yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Inilah kisah tentang bagaimana sebuah peternakan kecil melampaui batas—bukan dengan modal besar, tapi dengan ide brilian, kolaborasi, dan tekad untuk memberdayakan.

GRI bukan sekadar perusahaan, tapi juga gerakan untuk meningkatkan taraf hidup dan kompetensi peternak Indonesia, agar bisa bersaing di kancah internasional. Dan Frederick adalah sang arsitek di balik revolusi ini.


Artikel ini ditulis oleh tim Golden Rooster Indonesia.

Terkait dengan Manajemen & kesejahteraan

BERGABUNGLAH DENGAN KOMUNITAS UNGGAS KAMI

Akses ke artikel dalam PDF
Terus ikuti buletin kami
Dapatkan majalah dalam versi digital secara gratis

TEMUKAN
AgriFM - Podcast sektor peternakan dalam bahasa Spanyol
agriCalendar - Kalender acara di dunia peternakanagriCalendar
agrinewsCampus - Kursus pelatihan untuk sektor peternakan