22 Sep 2025

Indonesia pelajari potensi ekspor produk unggas ke Afrika

Dalam sebuah webinar, beberapa duta besar Republik Indonesia yang bertugas di benua tersebut berbagi informasi peluang pasar unggas.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian, sedang mempelajari potensi pasar ekspor untuk produk-produk unggas ke Afrika.

Melalui sebuah webinar bertajuk ‘Peluang dan potensi akses pasar produk unggas di Afrika’, beberapa duta besar Republik Indonesia yang bertugas di benua tersebut memaparkan potensi pasar unggas di negara penempatan mereka.

Potensi pasar Nigeria

Bambang Suharto, Duta Besar Republik Indonesia untuk Nigeria, memaparkan kondisi konsumsi protein hewani di Nigeria.

Katanya, meskipun pemerintah Nigeria melarang impor produk unggas segar, peluang tetap terbuka melalui kerja sama di bidang bibit unggas, pakan, dan produk olahan bernilai tambah.

“Nigeria sebagai pasar besar dengan lebih dari 220 juta penduduk masih menghadapi keterbatasan produksi unggas domestik. Di sinilah peluang Indonesia untuk masuk, baik melalui ekspor parent stock, produk pakan, maupun produk olahan berbahan ayam,” terang Bambang.

Potensi pasar Senegal dan Pantai Gading

Berlanjut setelah iklan.

Sementara itu, Ardian Wicaksono, Duta Besar Republik Indonesia untuk Senegal merangkap Pantai Gading, menekankan bahwa tren pertumbuhan kelas menengah dan urbanisasi di Afrika Barat semakin mendorong konsumsi protein hewani.

Pantai Gading, misalnya, mencatat peningkatan konsumsi daging unggas yang diproyeksikan terus naik hingga 2030.

“Senegal dan Pantai Gading menunjukkan prospek positif. Permintaan protein hewani meningkat seiring daya beli masyarakat yang membaik. Ini kesempatan bagi Indonesia untuk memperluas ekspor, baik produk unggas segar maupun olahan,” kata Ardian.

Surplus produksi dan ekspor

Surplus produksi daging ayam dan telur di Indonesia bukan hanya menjamin ketersediaan pangan dalam negeri, tetapi juga membuka peluang besar menembus pasar internasional.

Berdasarkan data FAO, Indonesia saat ini menduduki peringkat ketujuh dunia sebagai produsen daging ayam dan ketiga dunia untuk produksi telur.

Makmun, Direktur Hilirisasi Hasil Peternakan di Kementerian Pertanian,  mengungkapkan bahwa surplus nasional pada 2024 tercatat sekitar 308.000 ton daging ayam dan 172.000 ton telur.

“Sektor perunggasan Indonesia bukan hanya mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga berdaya saing untuk menembus pasar global. Surplus produksi ini menjadi modal penting untuk memperkuat ekspor, termasuk ke negara-negara di Afrika,” ujar Makmun.

Namun, ia menegaskan perihal perlunya strategi terintegrasi yang melibatkan lintas kementerian dan lembaga, termasuk Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri, serta perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

Tak kalah pentingnya, harmonisasi sertifikat kesehatan hewan dan penguatan diplomasi perdagangan menjadi kunci untuk membuka akses pasar di Afrika.

Yonatan, perwakilan Direktorat Pengembangan Ekspor Produk Primer di Kementerian Perdagangan, mengatakan bahwa ekspor unggas menjadi langkah strategis untuk menyerap surplus produksi sekaligus menjaga stabilitas harga di dalam negeri.

“Ekspor diperlukan sebagai solusi untuk menstabilkan harga, mengantisipasi risiko pelemahan daya beli domestik, dan mendorong industri ayam serta telur di Indonesia naik kelas. Dengan kualitas yang konsisten, produk unggas kita akan lebih mudah menembus pasar global,” kata Yonatan.


Terkait dengan Olahan
TEMUKAN
agriNews Play - Los podcast del sector ganadero en español
agriCalendar - Kalender acara di dunia peternakanagriCalendar
agrinewsCampus - Kursus pelatihan untuk sektor peternakan